The Main Character

matchaeri
3 min readFeb 14, 2025

--

Ruang naratama WeTaste terasa lebih hangat malam ini. Obrolan terus berlanjut hingga piring-piring hidangan utama yang telah tandas disingkirkan, dan digantikan oleh seporsi Panna Cotta dengan saus coklat. Namun, ada yang aneh, dessert milik Rafa menjadi satu-satunya yang disajikan dalam keadaan tertutup.

“Loh, kok punya lo ada tutupnya?” tanya Mira.

Rafa mengangkat bahu. “Gue juga nggak tahu.”

“Eh, eh, hayooo… apaan tuh?” goda Natalie.

“Buka aja, Raf.” Keenan tersenyum samar.

“Takut meledak,” canda Rafa.

“Ayo, buka. Gue jadi penasaran,” kata Anggi. Semua turut menunggu, bahkan Angga yang tadi terlihat paling apatis pun kini melirik dengan ekor matanya.

Rafa mengangkat tudung silver itu dengan hati-hati. Sekilas, tidak ada yang ganjil dari Panna Cotta-nya, tetapi di permukaan piring putih itu tertera sebaris kalimat dari lelehan coklat yang membuat seisi ruangan mendadak sunyi.

Will you be mine?

“Uh… Ini… ”

Rafa masih memproses apa yang terjadi ketika Keenan tiba-tiba beranjak dari kursinya dan berlutut di samping Rafa, meraih tangan pemuda itu dengan ekspresi yang lebih serius dari biasanya. Anggi, Mira, dan Natalie refleks membelalak dan membekap mulut mereka.

“Kak Keenan??? Lo ngapain?”

Alih-alih menjawab langsung, Keenan menarik napas dalam-dalam, lalu mulai berbicara. “Aku annoying banget ya, Raf? Aku sering ngeledekin kamu dan bikin kamu jengkel. Soalnya kamu gemes sih kalau marah-marah.”

“Dih, apa-apaan!” Rafa mendorong bahu Keenan, tetapi pria itu tetap bergeming.

Keenan terkekeh. “Nah, kayak gini contohnya.”

“Tapi, terlepas dari semua keusilan aku, aku suka kamu, Rafa. Dan aku nggak bercanda kali ini.” Keenan menggenggam tangannya lebih erat. “Jadi, langsung aja, kamu mau nggak jadi pacar aku?”

“Woy ini beneran nggak, sih?” seloroh Anggi. “Right in front of my Panna Cotta???

“Ohhh, jadi gara-gara ini lo inisiatif booking restoran? Ada rencana terselubung rupanya,” tuding Natalie.

“SEMUANYA DIAM!” sentak Mira.

Sunyi kembali mendominasi. Dunia seolah berhenti berputar hanya untuk mendengar jawaban dari Rafa yang wajahnya sudah bersemu merah. Matanya gemerlap seperti kristal bening yang rapuh dan siap runtuh dalam satu kedipan. Kemudian ia mengangguk tanpa suara, dan itu sudah lebih dari cukup.

Detik itu juga, ruangan pecah dengan sorakan dan tepuk tangan. Sebelum euforia itu mereda, Keenan merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru laut.

“WEH LANGSUNG DILAMAR NIH?!” jerit Mira.

Tapi begitu Keenan membuka kotaknya, bukan cincin yang mereka dapati, melainkan sebuah gelang perak dengan bandul kecil berbentuk matahari yang berkilau di bawah temaram ruangan.

Keenan menyematkan benda itu di pergelangan tangan Rafa. “Mungkin Papi Mami kamu bisa beliin yang lebih mahal. Tapi kamu harus tahu, my love for you is priceless.”

Gelombang sorakan kembali meledak, tanpa peduli apakah ruangan ini kedap suara atau tidak. Ketiga pasang mata tertuju pada tokoh utama mereka malam ini; Keenan dan Rafa. Namun, ada satu pasang mata yang memilih pemeran utamanya sendiri. Pemeran utama yang jauh lebih menarik ketimbang hal indah apa pun yang ada di muka bumi.

Tak ada yang menyadari, Angga tersenyum dalam diam, tertawan oleh gerak-gerik Anggi yang terlihat lucu dan menggemaskan baginya. Dan entah mengapa, Panna Cotta yang dinikmatinya terasa sedikit lebih manis dari seharusnya.

[]

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

matchaeri
matchaeri

No responses yet

Write a response