sunki — tali sepatu

matchaeri
3 min readJun 12, 2023

--

Sunoo mau nangis. Papi masih ada pelatihan di Singapore, dan besok Mami bakal berangkat ke Bali buat dinas. Sunoo nangis bukan karena takut ditinggal sendirian. Enggak. Sunoo justru seneng bisa nguasain rumah sampai dua hari ke depan. Masalahnya, Mami nitipin Sunoo ke mamanya Riki. Yang mana artinya Sunoo sekalian di suruh berangkat ke sekolah bareng Riki. Bencana.

“Emang kenapa, sih? Kenapa gak mau sama Riki?” tanya Mami bingung liat anaknya ngerengek dari tadi.

“Ya gak mau aja!”

“Kenapa, Sayang? Alasannya apa? Heran dari dulu musuhin Riki mulu.”

“Mami gak akan ngerti!”

“Gimana Mami mau ngerti kalo kamu gak ngejelasin apa-apa?”

“Aku jelasin juga Mami gak bakal ngerti!”

Mami napas bentar, buat recharge kesabarannya biar gak ikut meledak kayak Sunoo. “Terus kamu maunya gimana?” tanya Mami lembut.

“Aku bisa naik busway sendiri,” tegas Sunoo.

“No,” tolak Mami, mutlak. “Terakhir kali kamu naik busway sendirian malah ketiduran sampai perhentian terakhir.”

“Ya udah kalo gitu aku naik ojol.”

“Mahal. Boros.”

“Ck, jangan kayak orang susah deh, Mi!”

“Kamu tuh harus diajarin hemat dari sekarang. Semua yang kita punya ini gak abadi. Kita gak tahu apa yang bakal terjadi ke depannya.”

Sunoo merotasikan bola matanya. Gak lama kemudian, dia teringat sesuatu yang bakal jadi harapan terakhirnya. “Aku bisa berangkat sama Kak Sunghoon.”

“Sunghoon? Kakak kelas yang hari itu nganterin kamu pulang?”

Sunoo ngangguk semangat. “Iya! Kak Sunghoon yang itu! Mami masih inget kan? Dia baik banget anaknya.”

“Hmmm, iya ... dia emang baik, sopan juga. I like his attitude,” ujar Mami bikin Sunoo makin ngarep dibolehin. “But I don’t think that’s a good idea.”

“WHYYYYY?” rengek Sunoo makin kenceng.

“Kamu baru kenal sama dia. Gak baik ngerepotin orang yang baru dikenal. Lagian rumahnya gak searah kan? Kasihan dia ntar muter kejauhan tiap pagi.”

“Kan dua hari doang, Mi????”

“Kamu nurut aja kenapa sih? Ada Riki yang deket malah milih yang jauh. Udah, ya? Fix kamu berangkat sama Riki besok. Ini Mami mau ngabarin mamanya Riki.”

Gak ada lagi yang bisa Sunoo lakuin selain nurut sama perkataan Mami.

Dan di sini lah Sunoo sekarang, duduk di dalam mobil mamanya Riki, tepat di belakang bangku anak itu.

“Kalian kenapa sih diem aja dari tadi?” tanya Mama. Gak ada yang jawab. Pagi-pagi udah dingin, ditambah sikap Riki dan Sunoo bikin atmosfer di sekitar mereka jadi makin dingin. “Sunoo?”

“Eh, iya, Tante?”

“Are you okay? Gak lagi sakit kan?”

“Eng, aku gak pa-pa kok.”

“Sunoo doang nih yang ditanya?” timpal Riki dengan nada sinis.

“Kamu buat apa ditanya? Dari bangun tidur juga Mama liat kamu oke-oke aja.” sahut Mama. Riki auto bete.

Sampai di sekolah, Sunoo turun dari mobil dengan terburu-buru setelah ngucapin terima kasih ke Mama. Riki juga bergegas karena ingin menyusul Sunoo.

“Sunoo!” teriaknya lantang. Sunoo refleks berhenti beberapa lama langkah di depan Riki. “Tali sepatu.”

Sunoo menengok ke bawah, kemudian berdecak sebal ketika menyadari gak ada yang salah dengan tali sepatunya. Semuanya masih terikat dengan sempurna. “Apaan sih, Ki?! Tali sepatu gue gak kenapa-kenapa!”

“Gua cuma lagi pengen ngomong tali sepatu,” ucap Riki sambil berlalu melewati Sunoo.

Rasanya Sunoo pengen lepas sepatunya buat dilempar ke kepala Riki.

***

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

matchaeri
matchaeri

No responses yet

Write a response