
satria duduk di salah satu bangku panjang dekat pelataran parkir sekolah. sambil nungguin kala, sambil nungguin motornya yang lagi dipinjem temen, sambil nungguin nindy bales chatnya.
“hai kak — ”
“MONYET!” satria hampir jatohin hpnya. “eh, kal. sorry aku kaget kamu tiba-tiba nongol.”
“kita jadi ke kak kamal kan?” tanya kala.
“jadi,” jawab satria. “tapi tunggu sebentar ya, motor aku lagi dibawa temen.”
“Okay.” kala duduk di samping satria selagi menunggu.
“SAT SAT SAT SAT!”
satria dan kala noleh barengan ke arah suara, kemudian ngernyit heran karena ngelihat harsa berlari kearah mereka dengan panik.
“lu harus tau!” harsa berusaha normalin napasnya. “TADI GUA LIHAT NINDY PERGI SAMA TERRY!”
“dia jadinya ke rumah sakit bareng ikan teri?”
“GAK GITU ELAH.” harsa menggeleng frustrasi. “kata nindy dia emang udah ada janji sama terry!”
“HAH GIMANA SIH?” satria sontak berdiri. “Susul cepet! nanti si kamal bad mood gua lagi yang jadi sasaran!”
“makanya ayo kita pake motor lu.”
“motor lu mana sa?”
“motor gua kan di bengkel.”
“sumpah?!”
“lu gak sadar belakangan ini gua naik angkot?”
satria tepok jidat. dia baru inget. “terus gimana dong motor gua masih dipake michael???”
“aduuuh gak akan keburu ini.” harsa panik. satria apa lagi. sedangkan kala cuma bingung.
gak lama kemudian, motor jeremy berhenti tepat di depan mereka. “eh, nindy mana? dia berangkat bareng gua kan?”
“PAS BANGET!” seru satria dan harsa. kehadiran jeremy ditengah kepanikan itu bagaikan hujan di musim kemarau.
“apanya yang pas?”
satria noleh ke kala tanpa peduliin pertanyaan jeremy, “kal maaf ya, ini darurat banget. kamu nyusul sendiri gapapa kan?”
“iya kak gapapa. aku bisa naik ojol,” balas kala.
“oke, hati-hati ya, ntar kabarin aku lagi.” satria naik ke motor jeremy, tapi ngambil posisi di depan.
“eh lu ngapain goblok!” jeremy makin heran karena harsa kini duduk di belakangnya. dia berasa lagi dibegal. “INI APA-APAAN, SIH?!”
“nanti gua jelasin,” kata harsa. sekarang posisinya mereka udah bonceng tiga.
“KONTOL GUA, ANJING!” jerit jeremy saat satria makin desek dia agar bisa duduk.
“BANGSAT TELINGA GUA!” protes satria.
jeremy makin kejepit karena sekarang harsa meluk satria dari belakang. “kala, kita duluan ya!” ucap harsa sebelum satria melajukan motor.
jeremy baru paham situasinya setelah satria dan hasra jelasin semuanya sambil teriak-teriak di motor. gak peduli semua orang ngelihatin mereka. yang penting sekarang mereka harus berhasil cegah nindy pergi sama terry.
“ITU TUH MOBILNYA!” harsa nunjuk mobil sedan putih di depan mereka. satria kontan nambah kecepatannya sampai posisi mereka sejajar dengan mobil itu.
satria berhasil mendahului terry. dia langsung banting setang ke kiri dan membuat terry ngerem mendadak.
harsa turun dari motor, disusul jeremy dan satria. “KELUAR LU!” bentak harsa.
terry menghampiri mereka. “kalian ada masalah apa sih?!”
“lu mau bawa kabur nindy ke mana?!” semprot jeremy.
terry ngerutin dahi. “gua gak bawa kabur nindy??!”
“kalian bisa gak sih sehari aja gak malu-maluin gue?” nindy keluar dari mobil. “gue emang mau pergi sama terry!”
“bisa-bisanya,” kata satria. “eh lu udah janji hari ini mau ke rumah sakit!”
“gue gak janji tuh.”
“lu gak lupa kan kemaren udah ngomong dichat?”
nindy menghela napas. “coba deh lo baca lagi chatnya. ada gue bilang janji? enggak kan? kamalnya aja yang ngarep!”
satria langsung speechless.
“terry ayo.” nindy ngajak terry balik lagi ke mobil.
sedan putih itu kemudian jalan ninggalin satria, harsa, dan jeremy yang masih space out gara-gara kalimat nindy barusan.
“now what?” tanya satria setelah tersadar. harsa gak jawab karena masih clueless. sedangkan jeremy malah melenggang dengan santai menuju motornya. “heh mau ke mana lu?”
“pulang,” jeremy naik ke motor.
“SI BANGSAT,” geram harsa. dan adegan di parkiran sekolah tadi keulang lagi. bedanya sekarang harsa yang megang kendali dan satria di belakang. “kita ke sekolah dulu ngambil motornya satria!”
“IYA IYA TAPI SATRIA MUNDURAN DIKIT DONG GUA KEJEP — ”
PRITTTTT!
mampus.