Malam terakhir liburan.
Sunghoon dan Sunoo gak ikut keluar bareng yang lain karena Sunghoon merasa gak enak badan, sedangkan Sunoo tinggal buat nemenin dia.
Sebenernya Sunghoon udah bilang kalo dia gak perlu ditemenin, karena dia cuma kelelahan. Tapi kata Jay tetap harus ada yang tinggal buat jaga-jaga. Perdebatan pun berakhir setelah Sunoo nawarin diri buat nemenin Sunghoon di villa.
“When will you stop?” tanya Sunghoon out of the blue.
Sunoo yang lagi telungkup sambil main hp noleh ke Sunghoon yang baring munggungin dia. “Stop what?”
“Don’t try to make me fall in love with you. Karena lu gak akan pernah berhasil.”
“Are you saying that karena gue ngerelain hari ini buat lo, Kak? Kalo iya, jangan mikir kayak gitu lagi. Gue nawarin diri karena gak mau yang lain nyia-nyiain liburan mereka demi temen gak tau diri kayak lo.”
“Gua gak minta siapa pun buat nemenin gua.”
Sunoo gak bales lagi. Beruntung akal sehatnya masih berjalan saat ini. Kalo gak, dia pasti udah jambak rambut Sunghoon habis-habisan karena kesal dengan sikap kakak tingkat sekaligus roommate-nya itu
Keduanya kembali hanyut dalam keheningan yang nyaris absolut. Sunghoon masih munggungin Sunoo, merem tapi gak tidur sama sekali. Sedangkan Sunoo lanjut buka YouTube di hpnya, nonton video apa aja buat ngebunuh waktu.
“Kamu cantik banget.”
“Kamu udah lima belas kali ngomong itu hari ini—jangan mainin rambut aku!”
Kelopak mata Sunghoon terbuka lebar saat mendengar percakapan itu dari luar kamar.
“Kak Heeseung sama Kak Jake,” kata Sunoo. “Kok gak ada suara yang lain? Mereka balik duluan kah?”
“Terus kamu maunya aku mainin apa?”
“Hmm ... Enggak tahu juga ... Hehehe.”
Sunoo berniat keluar buat nanyain temen-temen mereka yang lain, tapi buru-buru ditahan sama Sunghoon.
“Kalo mainin ini boleh?”
“Eunghh.. Yeah.. Just play with that.”
Keduanya tertawa lepas. Kemudian terdengar suara pintu kamar sebelah dibuka, lalu ditutup, dan dikunci hingga dua kali.
Selang beberapa detik, suara lenguhan, erangan, dan kecipak bibir bertemu bibir merebak melalui dinding kamar. Sunghoon dan Sunoo gak mampu ngeblokir suara-suara itu dari indera pendengaran karena kamar mereka bener-bener sebelahan.
Heeseung dan Jake tau di villa ini masih ada dua orang lain tapi mereka gak peduli. Keduanya udah tenggelam satu sama lain, gak ada yang bisa berhentiin mereka selain diri mereka sendiri.
“Kamu yakin?”
“I’ve told you.”
“Kita bisa stop di sini kalo kamu mau.”
“Gak. Aku gak mau. Kamu yang mulai, jadi kamu juga harus tuntasin.”
“Ya udah. Kalo sakit bilang, ya?”
“Iya—aahhhh, Heeseunghh ...”
“Sakit?”
“Enggak, aku cuma ... kaget ... tapi enak nghh—pelan-pelan dulu ... hahh …”
“Kak, mau keluar dulu gak? Jalan-jalan atau cari jajan.” tanya Sunoo. Sunghoon gak jawab, dia cuma natap nanar langit-langit kamar.
“Nghhhhh you found it, di situ…”
“Di sini?”
“Y—yeah—that’s so good uh ... ahh—hah.. ah.”
Desahan dan pekikan Jake makin berantakan. Sunoo ngelirik Sunghoon. Cowok itu masih nge-bug. Kemudian Sunoo lanjutin nonton YouTube dan maksimalin volumenya buat ngeredam suara laknat itu.
“Matiin,” kata Sunghoon.
“Ya?"
“Gak usah berisik.” Kali ini Sunghoon ngelihat ke Sunoo.
Sunoo matiin hpnya sesuai perintah.
The air is getting thicker here. Lama-lama Sunoo jadi gelisah karena dia sadar Sunghoon mandangin dia dari tadi. Dia bener-bener gak punya clue tentang maksud dari tatapan itu.
“Ahhh... ah... ah... Heeseunghhh…”
BUGH!
“Kak—?!”
Di luar prediksi Sunoo, Sunghoon tiba-tiba membalik tubuhnya seperti membalik ikan di atas penggorengan, dan kemudian menindihnya. Sunoo kaget bukan main, jelas ini bukan hal yang dia antisipasi.
“Lo ngapa—ahhh ... Kak Sunghoon!?”
Sunghoon menggigiti leher Sunoo, menyesapnya tanpa ampun. Sementara tangannya bermain di balik pakaian Sunoo, nyentuh bagian mana aja yang dia mau. Semuanya terjadi dengan cepat dan sangat terburu-buru. Gak ada hal lain yang bisa Sunoo rasain selain rasa gak nyaman luar biasa.
“Kak... kak... Stop it...” Sunoo nangkup wajah Sunghoon dan natap mata cowok itu dengan sangat memelas. Kemudian dia tarik Sunghoon mendekat hingga bibir mereka bersentuhan.
Sunoo gerakin bibirnya dengan lembut, nunjukin ke Sunghoon kalo dia gak perlu tergesa-gesa. If he wants to do it, then do it slowly, just like this. Sunoo gak akan nolak, tapi tolong sedikit pelan, karena Sunoo pengen menikmatinya.
Masalahnya Sunghoon gak nangkep sinyal itu — atau mungkin sebenernya dia nangkep, tapi dia gak mau tahu. Suara Jake dari kamar sebelah masih sangat mengganggunya. Maka dari itu Sunghoon langsung menjauh, menyudahi ciuman mereka, semendadak dan setega itu.
Sunoo kelimpungan, sementara Sunghoon mengelap bekas bibirnya seakan itu bukanlah hal yang dia inginkan. Faktanya memang begitu.
Sunghoon mulai mempreteli pakaian Sunoo tanpa nyisain satu helai pun di tubuh polosnya. Sunoo bener-bener gak bisa ngelawan karena dia udah kehabisan tenaga akibat foreplay yang sangat menyiksanya. Sunoo cuma bisa pasrah ketika Sunghoon kembali menjelajahi setiap inci tubuhnya mulai dari leher sampai bagian bawah.
“Kok berhenti?”
“Bentar, sayang. Aku capek.”
Gak lama kemudian, suara Jake terdengar lagi. Saat itu pula lah Sunghoon masukin kejantanannya ke dalam lubang Sunoo. Sunoo menjerit pelan, this man really has no mercy.
“Heeseung.. ahh.. ah…”
“Kak Sunghoon nghh.. ah—hmmph!”
Gak cukup sampai di situ, Sunghoon membekap mulut Sunoo dengan telapak tangannya ketika anak itu mulai mendesah. Dia benar-bener gak izinkan satu desibel pun keluar dari bibir Sunoo agar hanya suara Jake yang kedengeran olehnya, walaupun masih sedikit bercampur dengan erangan Heeseung.
Tempo gerakan Sunghoon naik beriringan dengan suara Jake. Semuanya tergantung Jake. Sunoo di bawah bukanlah apa-apa baginya. Bahkan Sunghoon enggan natap cowok itu. Wajahnya menghadap Sunoo, tapi matanya dia pejamkan.
“Hee ... faster! Ahh.. ahh.. ah!”
Sunghoon nambah kecepatannya walaupun Sunoo gak minta.
Rasanya sakit. Semuanya, tanpa terkecuali. Atas sampai bawah, dalam sampai luar, semuanya sakit. Sunoo iri sama Jake yang bisa ngelepasin suaranya dengan bebas, sementara dia di sini cuma bisa menahan rintihannya, menjadi objek pelepasan fantasi-tak-sampai Sunghoon terhadap lelaki itu.
Air mulai menetes dari sudut terluar mata Sunoo sebagai manifestasi dari rasa sakit yang gak bisa dia ungkapin.
Cukup malam ini, dia tahan semuanya demi Sunghoon. Tapi setelah itu, Sunoo bersumpah gak akan pernah maafin Sunghoon apa pun yang terjadi.
***